Sabtu, 23 Januari 2021

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (SOSIOLOGI)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Perkembangan individu (remaja) berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulangkembali. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada perkembangan fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secarafisik, maupun secara psikis.

Seks bebas adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Tingkah ini beraneka ragam, mulai dari saling tertarik dengan lawan jenis,lalu berkecan, bercumbu dan diakhiri dengan dampak yang tidak baik, lalu akhirnya dampaktersebut akan timbul baik bagi lingkungan, sosial, maupun pribadi terutama sangat berdampak pada psikologis. Jika lingkungan psikologis terganggu maka sosial pun akan berubah.

Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Pada kondisi ini remaja sangat labil karenamereka masih mencari jati dirinya. Dimana mereka beringinan dirinya dianggap gaul dan dewasadengan menirukan orang lain. Apabila mereka tidak didukung pendidikan orang tua dan agamayang kuat akan terjerumus ke hal-hal yang merugikan banyak pihak, terutama dirinya sendiri(Soetjiningsih, 2004)

Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja semakin meningkatmenjadi masalah. Masih derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksualremaja terutama di daerah perkotaan yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual pranikah. Dimana pada akhirnya remaja mendapat ancaman bahaya dalam melakukan hubunganseks bebas sehingga memberikan konflik bagi mereka seperti : putus sekolah, psikologisterganggu, tekanan ekonomi, dan masalah dengan keluarga serta masyarakat sekitarnya dan pararemaja putri menjadi hamil di luar nikah (Manuaba, 1998).

 

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa faktor terjadinya seks bebas ?

2. Bagaimana dampak yang terjadi akibat seks bebas ?

3. Bagaimana peran orang tua, guru dan lingkungan sehingga anak melakukan kenakalanremaja (seks bebas) ?

4. Bagaimana cara penanggulangan seks bebas ?

C.  Tujuan

1. Mengetahui faktor terjadinya seks bebas.

2. Mengetahui dampak yang terjadi akibat seks bebas.

3. Mengetahui peran orang tua, guru dan lingkungan sehingga anak melakukan kenakalanremaja(seks bebas).

4. Mengetahui cara penanggulangan seks bebas .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Masyarakat berpendapat bahwa perlu adanya pengaturan penyelenggaraan hubunganseks. Sebab, dorongan seks itu begitu besar pengaruhnya terhadap manusia seperti nyala apiyang berkobar. Api itu bisa bermanfaat bagi manusia, akan tetapi dapat menghancurkan peradaban manusiawi. Demikian pula dengan seks, bisa membangun kepribadian seseorang,akan tetapi juga bisa menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan. (Kartini Kartono,1981:22)

Variasi dari pengaturan dari penyelenggaraan seks bisa kita lihat pada tradisi-tradisiseksual pada bangsa-bangsa primitif di bagian-bagian dunia. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi terjadilah banyak perubahansosial yang serba cepat pada hampir semua kebudayaan manusia. Perubahan sosial tersebut mempengaruhi kebiasaan hidup manusia, sekaligus juga mempengaruhi pola-pola seks yang konvensional. Maka pelaksanaan seks itu banyak dipengaruhi oleh penyebab dari perubahansosial, antara lain oleh : urbanisasi, mekanisasi, alat kontrasepsi lamanya pendidikan,demokratisasi fungsi wanita dalam masyarakat, dan modernisasi. Sebagai efek samping yangditimbulkan ada kalanya terjadi proses keluar dari jalur dari pola-pola seks, yaitu keluar dari jalur-jalur konvensional kebudayaan. Pola seks dibuat menjadi hyper modern dan radikal,sehingga bertentangan dengan system regulasi seks yang konvensional, menjadi seks bebas.Sedangkan pengertian dari seks bebas itu sendiri adalah hubungan seksual yang dilakukan pranikah (tanpa menikah), Sering berganti pasangan.

Banyak faktor-faktor yang membuat remaja memasuki dunia pergaulan yang rusak.Biasanya hal ini berawal dari mereka berteman dengan teman yang membawa dampak buruk,karena masa remaja itu masa dimana keadaan psikis remaja bisa mudah terpengaruh. Ada faktor yang berasal dari keluarga, karena kurangnya perhatian dari keluarga membuat anak menjadiroyal dalam pergaulan. Faktor terpenting yang membuat remaja mudah terjerumus dipergaulan bebas karena kurangnya agama yang membentengi pikiran dan jiwa anak. Oleh karena itu, pendidikan dasar agama pada anak sangat diperlukan dalam kehidupan si anak. Berhasil atautidak berhasilnya anak, kembali lagi pada peran keluarga dalam memberikan.

A.  FAKTOR TERJADINYA SEKS BEBAS

Faktor penyebab seks bebas yang dialami remaja dapat dikategorikan menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal:

1.      Faktor Internal

Faktor internal atau lebih lazimnya dari dalam diri seseorang remaja itu. Keinginan untukdimengerti lebih dari orang lain bisa menjadi penyebab remaja melakukan tindakan penyimpangan, sikap yang terlalu merendahkan diri sendiri atau selalu meninggikan diri sendiri, jikalau terlalu merendahkan diri sendiri orang remaja lebih mencari jalan pintas untukmenyelesaikan sesuatu dia beranggapan jika saya tidak begini saya bisa dianggap orang laintidak gaul, tidak mengikuti perkembangan zaman.

2.      Faktor Eksternal

Faktor Eksternal / faktor dari luar pribadi seseorang remaja. Faktor paling terbesarmemberi terjadinya prilaku menyimpang seseorang remaja yaitu lingkungan dan sahabat.Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama dalam satu geng, otomatis dia akan tertularoleh sikap dan sifat kawannya tersebut. Kasih sayang dan perhatian orang tua tidak sepenuhnyatercurahkan, membuat seorang anak tidak betah berada di dalam rumah tersebut, mereka lebihsenang untuk berada di luar bersama kawan-kawannya. Apalagi keluarga yang kurang harmonisdan kurangnya komunikasi dengan orang tua dapat menyebabkan seorang anak melakukan penyimpangan sosial serta seks bebas yang melanggar nilai-nilai dan norma sosial. Apabila ayahdan ibu mereka yang memiliki kesibukan di luar rumah akan membuat anak-anak remajasemakin menjadi-jadi, sehingga mereka merasa tidak diperdulikan lagi.Selain faktor internal dan eksternal di atas, ada juga faktor lain yang secara umum dapatmenyebabkan terjadinya seks bebas:

 

 

 

-     Pergaulan

Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap perilaku kita. Maka jika seseorangmempunyai lingkungan pergaulan dari kalangan teman-teman yang suka melakukan seks bebas,maka dia juga bisa terpengaruh dan akhirnya ikut melakukan seks bebas.

Jika seseorang berulang kali mengakses materi pornografi, maka ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks bebas.

-     Pengaruh obat/narkoba dan alcohol

Seseorang yang bebas dari pengaruh narkoba dan alkohol bisa berfikir jernih dan ini mencegah dia melakukan perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan alkohol, maka pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks  bebas.

-     Kualitas hubungan suami-isteri (buat yang sudah menikah).

Jika ada masalah dalam hubungan suami-isteri, maka ini bisa mendorong yang bersangkutan melakukan hubungan seks bebas.

B.  DAMPAK YANG TERJADI AKIBAT SEKS BEBAS

Ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks di kalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual. Seperti kita ketahui bahwa banyak dampak buruk dari seks bebas dan cenderung bersifat negatif seperti halnya, kumpul kebo, seks bebas dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita. Tidak kurang dari belasan ribu remaja yang sudah terjerumus dalam seks bebas. Para remaja seks bebas cenderung akibat kurang ekonomi.

Seks bebas dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan luar dan salah pilihnya seseorang terhadap lingkungan tempatnya bergaul. Saat-saat ini di kota besar sering terjadi razia di tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik dan tempat berkumpul para remaja lainnya dan yang  paling sering tertangkap adalah anak-anak remaja. Seks bebas sangat berdampak buruk bagi para remaja, dampak dari seks bebas adalah hamil di luar nikah, aborsi, dapat mencorengkan nama  baik orang tua, diri sendiri, guru serta nama baik sekolah. Padahal seks bebas bukanlah segalanya, dimana mereka hanya mendapat kenikmatan semata, sedang mereka tidak memikirkan akibat yang harus mereka tanggung seumur hidup. Hal ini jelas sangat berbahaya  bagi remaja yang terjerumus di dalam seks bebas. Bayangkan saja jika seluruh remaja ada di Indonesia terjerumus dalam seks bebas, apa jadinya nasib bangsa kita ini jika remaja yang ada tidak memiliki kemampuan berfikir dan fisik yang baik, tentunya pembangunan tidak akan  berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Ø Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas:

a)    Menciptakan kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar  pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental yang berat.

b)   Mengakibatkan kehamilan. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.

c)    Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan Kanker Rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian.

d)   Penyebaran Penyakit. Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.

e)    Timbul rasa ketagihan.

f)    Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan.

Ø Bahaya kehamilan pada remaja:

1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.

2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.

3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).

4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.

5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.

6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.

7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.

C.  BAGAIMANA PERANAN ORANG TUA, GURU DAN LINGKUNGAN SEHINGGA ANAK MELAKUKAN KENAKALAN REMAJA (seks bebas)

Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang  benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua.

Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas. Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan.

Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan.

Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi  pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.

Terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk pola  perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar.

 

 

 

 

D.  CARA PENANGGULANGAN SEKS BEBAS

Seperti yang telah kita bahas di atas bahwa sesungguhnya memang kurang kesadaran baik dari remaja itu sendiri maupun orang tua. Hendaklah orang tua memperhatikan anak-anaknya tetapi orang tua jangan terlalu mamanjakan anak mereka, karena bisa mengakibatkan dampak  buruk baginya karena dia sudah terbiasa dengan hal-hal yang enak-enak. Tetapi orang tua juga harus memperhatikan anak-anaknya dengan mengarahkan ke hal-hal yang positif dengan cara mendukung bakat yang dimiliki oleh anak tersebut, agar dapat berguna dan berkembang. Tetapi seorang anak juga jangan terlalu egois dalam memaksakan kehendak.

Bagi para lembaga sosial harus bisa merangkul para remaja untuk masuk dalam suatu organisasi dengan mengikuti berbagai kegiatan, dengan begitu seorang remaja akan terarah pikirannya dengan baik. Mendukung segala bakat-bakat anak remaja agar mereka tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Tidak terlalu memaksakan seorang dalam berbagai tindakan karena akan membuat tempramen seorang anak suka emosional. Didiklah anak-anak dengan cara yang lambat agar mereka tidak selalu membangkan segala suruhan atau perintah para orang tua.

1.    Pencegahan Menurut Agama

a)    Memisahkan tempat tidur anak.

b)   Meminta izin ketika memasuki kamar tidur orang tua.

c)    Mengajarkan adab memandang lawan jenis. d. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri.

2.    Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga

Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks  bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat memberikan mana cirri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan saat anak mulai  bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.

a)    Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka.

b)   Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.

c)    Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama.

d)   Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.

e)    Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman  yang baik.

f)    Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.

g)   Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.

h)   Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.

Digunakan upaya pencegahan atau penangkalan perilaku menyimpang dan upaya kuratif yaitu pengobatan dan penyembuhan. Agar perilaku seks bebas pada remaja dapat ditekan seminim mungkin, perlu dilakukan pencegahan yang baik dari lingkup keluarga, pemerintah dan masyarakat. Adanya komunikasi yang efektif di dalam keluarga antara orang tua dan anak mengenai pemahaman nilai-nilai moral dan etika sekaligus memberikan pengertian mangenai  pendidikan seks kepada anak-anaknya sesuai dengan tinggat umurnya.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

B.  SARAN

1. Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja dalam seks bebas.

2. Perlunya penanaman nilai moral, pendidikan dan nilai religious pada diri seorang remaja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://ferdicrezilla.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

http://www.tugasku4u.com/2013/06/bahaya-seks-bebas-pada-remaja.html

http://kimcilkimcil.blogspot.com/2011/03/kenakalan-remaja-peran-orang-tua-guru.html

http://pekerjaanrumah8.blogspot.com/2012/12/makalah-sosiologi-fenomena-sosial-dalam_30.html http://hukum-dps.blogspot.com/2014/04/uraian-makalah-sosiologi-fenomena-kenakalan-remaja.html

https://www.academia.edu/9535055/MAKALAH_PENGETAHUAN_REMAJA_TENTANG_SEKS_BEBAS_SOSIOLOGI_

KELAINAN KONGENITAL

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Setiap orang tua tentunya  ingin mempunyai anak yang sehat baik secara fisik maupun psikis. Namun pada kenyataannya ada beberapa kondisi yang menyebabkan bayi lahir dengan keadaan cacat bawaan atau kelainan kongenital.

Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya.

Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud kelainan kongenital?

2.      Apa yang menyebabkan kelainan kongenital?

3.      Bagaimana patologi dan patofisiologi kelainan kongenital?

4.      Bagaimana cara untuk mencegah kelainan kongenital?

5.      Apa yang dimaksud pemeriksaan atau diagnosis kelainan kongenital?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui tentang kelainan kongenital.

2.      Mengetahui penyebab kelainan kongenital.

3.      Mengetahui patologi dan patofisiologi kelaianan kongenital.

4.      Mengetahui cara mencegah kelainan kongenital.

5.      Mengetahui pemeriksaan atau diagnosis kelainan kongenital.

 


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008).

Kelainan kongenital atau cacat bawaan adalah kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun setelah kelahiran. Kelainan bawaan dapat disebabkan oleh keabnormalan genetika, sebab-ssebab alamiah atau faktor-faktor lainnya yang tidak diketahui.

Kelainan kongenital dapat dibagi menjadi dua, yaitu malformasi kongenital yang timbul sejak priode embrional sebagai gangguan primer morfogenesis atau organogenesis, dan deformitas kongenital yang timbul pada kehidupan fetus akibat mengalami perubahan morfologik dan struktur, seperti perubahan posisi, maupun bentuk dan ukuran organ tubuh yang semula tumbuh normal.

Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati, atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan pertama kehidupan sering diakibatkan oleh kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Berat bayi lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.

Selain pemeriksaan fisik, radiologik, dan laboratorium untuk menegakkan diagnosis kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosis pra/antenatal dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi (USG), fetoskopi, pemeriksaan air ketuban, biopsi vilus korionik, dan pemeriksaan darah janin.

B.     Etiologi Kelainan Kongenital

Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kelainan congenital adalah sebagai berikut :

1.      Kelainan Genetik dan Khromosom.

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainankhromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.

2.      Faktor mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)

3.      Faktor infeksi

Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.

4.      Faktor Obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.

 

 

 

5.      Faktor umur ibu

Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause.

6.      Faktor hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.

7.      Faktor radiasi

Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.

8.      Faktor gizi

Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian dan kelainan kongenital.

9.      Faktor-faktor lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

C.    Patologi dan Patofisiologi Kelainan Kongenital

Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.      Malformasi

Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Beberapa contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit, defek penutupan tuba neural, stenosis pylorus, spina bifida, dan defek sekat jantung.

Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor. Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari malformasi minor.

2.      Deformasi

Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan normal terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.

3.      Disrupsi

Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal. Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke berbagai bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka.

4.      Displasia

Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus-menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.

D.    Pencegahan Kelainan Kongenital

Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia 35 tahun :

1.         Tidak merokok dan menghindari asap roko.

2.         Menghindari alkohol

3.         Menghindari obat terlarang

4.         Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal

5.         Melakukan olahraga dan istirahat yang cukup

6.         Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin

7.         Mengkonsumsi suplemen asam folat

8.         Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi

Imunisasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi. Meskipun semua vaksin aman diberikan pada masa hamil, tetapi akan lebih baik jika semua vaksin yang dibutuhkan telah dilaksanakan sebelum hamil. Seorang wanita sebaiknya menjalani vaksinasi berikut:

a.         Minimal 3 bulan sebelum hamil : MMR

b.         Minimal 1 bulan sebelum hamil : varicella

c.         Aman diberikan pada saat hamil :

1)        Booster tetanus-difteri (setiap 10 tahun)

2)        Vaksin hepatitis A

3)        Vaksin hepatits B

4)        Vaksin influenza (jika pada musim flu kehamilan akan memasuki trimester kedua atau ketiga)

5)        Vaksin pneumokokus.

9.         Menghindari zat-zat yang berbahaya.

Beberapa zat yang berbahaya selama kehamilan:

a.         Alkohol

b.        Androgen dan turunan testosteron (misalnya danazol)

c.         Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors (misalnya enalapril, captopril)

d.        Turunan kumarin (misalnya warfarin)

e.         Carbamazepine

f.          Antagonis asam folat (misalnya metotrexat dan aminopterin)

g.        Cocain

h.        Dietilstilbestrol

i.          Timah hitam

j.          Lithium

k.        Merkuri organik

l.          Phenitoin

m.      Streptomycin dan kanamycin

n.        Tetrasyclin

o.        Talidomide

p.        Trimethadion dan paramethadion

q.        Asam valproat

r.          Vitamin A dan turunannya (misalnya isotretinoin, etretinat dan retinoid)

s.         Infeksi

t.          Radiasi.

Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.

E.     Pemeriksaan Atau Diagnosis Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap kehidaupan janin intrauterin (diagnosis antenatal atau diagnosis pranatal), serta diagnosis yang dilakukan setelah bayi lahir (diagnosis pasca natal).

Indikasi melakukan diagnosis pranatal umumnya dilakukan bila ibu hamil mempunyai faktor risiko untuk melahirkan bayi dengan kelainan kongenital. Faktor risiko ini biasanya dihubungkan dengan adanya riwayat kelainan kongenital dalam keturunan, kelainan kongenital anak yang dilahirkan sebelumnya, umur ibu yang mendekati masa menopouse, ibu yang menderita penyakit tertentu, pemakaian obat atau bahan lain yang dianggap teratogen, adanya kenaikan kadar alfa-fetoprotein pada ibu, kehamilan polihidramnion/oligohidramnion, pertumbuhan janin terlambat, dan kehamilan ganda.

Beberapa contoh obat yang dipakai selama hamil yang diduga dapat berpengaruh terhadap janin antara lain adalah pemakaian insulin pada ibu penderita diabetes yang bergantung kepada insulin; pada kejadian ini kemungkinan melahirkan bayi dengan kelainan kongenital sekitar 2-4 kali lebih besar daripada ibu yang normal. Kelainan kongenital yang mungkin ditemukan dalam keadaan ini misalnya kelainan skeletal, kardiovaskuler, susunan saraf pusat, genitourinaria, dan gastrointestinal. Ibu penderita epilepsi yang dalam pengobatan antikonvulsan diduga akan berpeluang mempunyai bayi dengan kelainan kongenital 2-3 kali lebih tinggi. Kelainan kongenital yang dapat ditemukan misalnya kelainan jantung kongenital, bibir sumbing atau palatoskizis, retradasi mental, dan beberapa kelainan traktus urinarius. Ibu epilepsi yang tidak makan obat antikonvulsan tidak menunjukkan kenaikan angkka kejadian kelainan kongenital. Antikonvulsan lain yan walaupun belum mutlak bersifat teratogen tetapi mungkin berperan dalam kejadian kelainan kongenital antara lain adalah fenitoin, litium, barbiturat, benzodiazepin. Ibu yang mempunyai riwayat memakai obat sitostatik yang dikenal bersifat teratogen, pemakaian antikoagulansia, steroid, atau obat psikoterapik, perlu mendapat perhatian pula. Disamping itu, ibu yang telah lanjut usianya dan ibu yang pada pemeriksaan darahnya menunjukkan kenaikan kadar alfa-fetoprotein perlu dipantau lebih lanjut perjalanan kehamilannya.

Beberapa cara untuk menegakkan diagnosis prenatal antara lain adalah dengan pemeriksaan radiologik, ultrasonografik, darah ibu terhadap alfa-fetoprotein ssekitar minggu 16-20 kehamilan, fetoskopi,pengambilan sampel darah janin, amniosentesis disertai analisis cairan amnion, atau biopsi vilus korion.

Beberapa contoh kelainan kongenital yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan secara non invasif (ultrasonografi) pada midtrimester kehamilan adalah hidrosefalus dengan atau tanpa spina bifida, defek tuba neural, porensefali, kelainan jantung bawaan yang besar, penyempitan sistem gastrointestinal (misalnya atresia duodenum yang memberi gambaran gelembung ganda, kelainan sistem gwnitourinaria; misalnya kista ginjal), dan kelainan pada paru sebagai kista paru. Dengan panduan alat ultrasonografi mutakhir dapat dilakukan berbagai tindakan lebih lanjut seperti amniosentesis, pengambilan darah janin, biopsi vilus korion, maupun tindakan bedah janin. Tindakan bedah janin dilakukan sebagai upaya untuk mencegah atau mengurangi kerusakan organ janin selama kehidupan intrauterin sambil menunggu tindakan bedah definitif yang akan dilakukan setelah bayi lahir.

Amniosentesis transabdominal umumnya dilakukan pada kehamilan 14-20 minggu. Dari cairan amnion yang didapat dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut antara lain pemeriksaan genetik/kromosom, pemeriksaan alfa-fetoprotein terhadap defek tuba neural (anensefali, meningomielokal), pemeriksaan terhadap beberapa gangguan metabolik (galaktosemia, fenilketonuria), dan pemeriksaan lainnya. Dari sampel darah janin yang diperoleh dapat diperiksa beberapa kelainan darah misalnya hemoglobinopati, hemofilia, atau thalasemia. Dari hasil biopsi vilus korion dapat diperoleh jaringan janin untuk pemeriksaan sel secara langsung atau ukuran kultur sel.

Kadang-kadang suatu kelainan kongenital ditemukan antenatal secara kebetulan pada waktu pemeriksaan kehamilan, atas indikasi tertentu karena adanya gangguan dalam kehamilan misalnya pertumbuhan janin terhambat, keadaan poli/oligohidramnion. Bila pada diagnosis pranatal ditemukan adanya kelainan kongenital, maka harus difikirkan langkah selanjutnya. Bila kelainan tersebut masih dapat dikoreksi, maka kelahiran bayi dalm risiko ini sebaiknya dilakukan di rumah sakit rujukan. Sedangkan pada kelainan yang sukar atau tidak dapat dikoreksi, maka pertimbangkan medikolegal dan putusan orang tua sangat diperlukan untuk kelanjutan kehamilannya. Bila telah diketahui adanya faktor risiko kelainan kongenital  pada pasangan orang tua yang dapat diturunkan kepada anaknya, maka sebaiknya dilakukan langkah untuk konseling genetik.

 


BAB III

PENUTUP

A.       Kesimpulan

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia 35 tahun yaitu dengan tidak merokok dan menghindari asap rokok, menghindari alkohol, menghindari obat terlarang, memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal, melakukan olahraga dan istirahat yang cukup dan masih banyak lagi.

B.       Saran

Sebagai seorang perawat hendaknya kita tahu apa saja faktor-faktor yang bisa menyebabkan kelainan kongenital sehingga kita bisa mencegah kelainan kongenital dan kematian janin/bayi yang disebabkan oleh kelainan kongenital.


DAFTAR PUSTAKA

 

Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008)

https://anandaayumauliantika.wordpress.com/2015/05/24/kelainan-kongenital-lengkap/

Wiknjosastro, Hanifa, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

 

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (SOSIOLOGI)

  BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Perkembangan individu (remaja) berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulangkembali. Masa ...