BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan yang baik
tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk
mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan
kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena
infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius,
meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau
ambulatory,klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda,yang
beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak
antibiotik.Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi
perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud infeksi ?
2.
Apa saja
macam-macam infeksi ?
3.
Apa saja
faktor yang mempengaruhi infeksi ?
4.
Bagaimana
proses terjadinya infeksi?
5.
Bagaimana
proses infeksi virus ?
6.
Bagaimana
proses infeksi bakteri ?
7.
Bagaimana
proses infeksi jamur ?
8.
Bagaimana
proses infeksi klamida ?
9.
Apa
perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa itu infeksi.
2.
Untuk mengetahui
macam-macam infeksi
3.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi.
4.
Untuk
mengetahui proses terjadinya infeksi.
5.
Untuk mengetahui
proses infeksi virus
6.
Untuk mengetahui
proses infeksi bakteri
7.
Untuk mengetahui
proses infeksi jamur
8.
Untuk mengetahui
proses infeksi klamida
9.
Untuk
mengetahui perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius
BAB
II
PEMBAHASAN
- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSMISI AGEN AGEN INFEKSIUS
1. Pengertian infeksi
Infeksi
merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul
jika patogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal.
(Potter & perry Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005).
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme,
toksin, replikasi intraselular, atau respon antigen-antibodi (Kamus Saku Kedokteran
Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
a. Rantai infeksi
Perkembangan
infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut :
1) Agen infeksius atau pertumbuhan pathogen
(a) Virus
Virus adalah
organisme yang amat halus. Karena amat halusnya itu tidak dapat kita lihat
dengan mikroskop biasa. Untuk itu diperlukan suatu mikroskop elektron, yakni
mikroskop yang dapat membesarkan sampai 1000000 kali. Jenis-jenis virus yang
dapat menimbulkan penyakit banyak juga, antaranya yang dapat menimbulkan
penyakit-penyakit cacar, gondongan, influensa, selesma, penyakit lumpuh
anak-anak, penyakit anjing gila, trachooma, dan lain-lain. Flu Burung, dapat
menular dari ayam ke manusia yang cocok dan lemah.
(b) Ricketsia
Rickettsia
ialah benda-benda hidup yang juga amat halus, tetapi tidak sehalus virus.
Besarnya boleh dibilang antara besar virus dan besar bakteri. Untuk dapat
melihat ricketsia juga diperlukan mikrsokop elektron. Penyakit-penyakit yang
ditimbulkan oleh ricketsia ialah: shoptyphus, scrubtyphus, exanthematicus dan
lain-lain.
(c) Bakteri
Bakteri
ialah organisme yang amat halus, tidak dapat dilihat dengan mata. Untuk dapat
melihatnya diperlukan mikroskop. Dengan alat ini organisme-organisme itu dapat
diperbesarkan sampai beratus- ratus kali. Tubuh bakteri terdiri dari
bermacam-macam zat telur yang belum jelas susunannya, tidak berzat hijau daun,
intinya tidak jelas. Cara berkembang biaknya ialah dengan membelah diri. Ada
bakteri yang menimbulkan penyakit-penyakit, adapula yang tidak, bahkan ada pula
yang menguntungkan manusia.
Bakteri-bakteri
yang hidupnya dari benda-benda mati disebut saprophyta. Di antara
bakteri-bakteri ada golongan kecil yang hidupnya selalu merugikan
makhluk-makhluk yang ditumpanginya. Bakteri-bakteri itu disebut
parasit-parasit. Makhluk-makhluk yang ditumpangi, disebut tuan rumah, dalam
bahasa asing hospes. Bakteri-bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut
bakteri-bakteri patogen,
(d) Cendawan/jamur/fungi
Cendawan
ialah benda-benda hidup yang termasuk dalam golongan tumbuhan-tumbuhan tidak
berzat hijau daun, jadi hidupnya tergantung pada benda-benda hidup lainya atau
tergantung dari makanan-makanan yang sudah tersedia. Ada cendawan-cendawan yang
tubuhnya hanya terdiri dari 1 sel saja, (misalnya sel-sel ragi), adapula yang
tediri dari banyak sel-sel yang berderet-deret dan bersimpang siur seperti
benang, disebut micellium.
Ada
cendawan-cendawan yang hidup di alam bebas, ada yang hidup pada
tumbuhan-tumbuhan lainya, adapula yang hidup pada binatang-binatang dan
manusia. Di antaranya ada yang menguntungkan, adapula yang merugikan
(menimbulkan penyakit-penyakit). Jenis-jenis jamur yang menguntungkan manusia
antara lain ialah Penicillium notatum. Dari jamur ini dibuat orang obat yang
terkenal penicillin. Dari jamur yang disebut Streptomyces griseus disebut obat
streptomycin. Obat-obat tersebut di atas terkenal sebagai antibiotica.
Penyakit-penyakit, pada manusia yang disebabkan oleh bangsa cendawan antara
lain ialah panu.
(1) Cacing
Golongan
cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing gelang),
cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
((a)) Reservoir (Sumber Mikroorganisme)
Reservoir
adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak
atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang,
makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh
manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya
microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada
hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen
bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier).
Kuman
akan hidup dan berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya
cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan
pencahayaan.
((b)) Portal
Of Exit (Jalan Keluar)
Mikroorganisme
yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar(portal of exit untuk
masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelummenimbulkan infeksi,
mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu darireservoarnya. Jika reservoarnya
manusia, kuman dapat keluar melalui saluranpernapasan, pencernaan, perkemihan,
genitalia, kulit dan membrane mukosa yangrusak serta darah.
((c)) Cara
Penularan
Kuman
dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara sepertikontak
langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontaktidak
langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yangterkontaminasi;
makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
((d)) Portal
Masuk
Sebelum
seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulitmerupakan
barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknyakulit atau
ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam
tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktoryang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk kedalam tubuh.
((e)) Daya
Tahan Hospes (Manusia)
Seseorang
terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.Kerentanan
bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.Meskipun
seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlahyang besar,
infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah
mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh
terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional),
statusnutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
2. Macam-macam infeksi
a.
Infeksi
pada saluran kemih
Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari saluran
kemih.Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi kandung kemih)
sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai pielonefritis
(infeksi ginjal). Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang air kecil
terasa sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk buang air kecil
(atau keduanya), sementara gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri
panggul di samping gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil,
gejalanya bisa jadi samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua
tipe tersebut adalah Escherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur
dapat menjadi penyebab meskipun jarang.
Infeksi
saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki,
dengan separuh perempuan mengalami setidaknya satu kali infeksi selama
hidupnya.
b.
Infeksi
pada saluran pernafasan
Infeksi
saluran pernapasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernapasan, mulai dari
hidung, telinga tengah, faring, laring, bronchi, bronkhioli dan paru. Jenis
penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan bagian atas antara lain
:
1) Batuk pilek
2) Sakit telinga (otitis media)
3) Radang tenggorokan (faringitis)
Sedangkan
jenis penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan bagian bawah antara
lain :
(a) Bronchitis
(b) Bronkhiolitis
(c) Pneumonia
c.
Infeksi
pada lambung
Pada
umumnya radang lambung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1) Adanya stres dan tekanan emosional yang
berlebihan pada seseorang.
2) Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan.
3) Mukosa (selaput lendir) lambung tak tahan
terhadap asam lambung dan pepsin yang berlebihan karena menurunnya kemampuan
fungsi mukosa lambung tersebut.
4) Waktu makan yang tak teratur, sering terlambat
makan, atau sering makan berlebihan.
5) Terlalu banyak makanan yang pedas, asam,
minuman beralkohol, obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi
d. Infeksi ginjal
Infeksi
ginjal biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kencing dan mulai
berkembang biak. Bakteri yang berasal dari infeksi di bagian tubuh lain juga
bisa menyebar ke aliran darah dan masuk ke ginjal.
Kondisi
seperti ini dapat terjadi jika bagian tubuh buatan mengalami infeksi. Bagian
tubuh buatan, misalnya katup jantung buatan atau sendi buatan, yang digunakan
untuk menggantikan bagian tubuh asli yang rusak. Infeksi ginjal juga dapat muncul setelah
operasi ginjal.
e. Infeksi usus
Infeksi usus adalah
suatu penyakit yang menyerang usus yang di sebabkan oleh bakteri
cryptosporidium. Penyakit infeksi usus ini dapat menyerang baik usus kecil
maupun usus besar, yang dapat menimbulkan efek seperti diare, mual, ataupun
kram pada perut,nfeksi usus ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak
segera di atasi atau di tangani.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi
a. Infaction Agent (kuman penyakit).
1) Sangat banyak jenisnya, dari bentuk yang paling
sederhana yaitu virus sampai dengan bakteri yang bersifat kompleks &
multicellular dibicarakan di mikrobiologi.
2) Relatif sedikit yang dapat menginfeksi manusia.
3) Virulensinya berbeda untuk masing-masing
species hewan dan manusia. Ex. Cholera, AIDS, Sifilis, dll tidak virulen
terhadap hewan.
4) Merupakan Komponen penting dalam rantai
penularan penyakit.
b. Sifat-sifat Intrinstik dari Kuman Penyakit.
1) Ditentukan oleh kuman sendiri dan tidak
bergantung pada interaksi dengan tuan rumah (host)
2) Sifat tersebut antara lain:
(a) Bentuk : Spiral, batang, coccus.
(b) Besar.
(c) Sifat-sifat Kimia : Basopilik : Asinopilik.
c. Interaksi antara Host dan Agent
Termasuk didalamnya
antara lain:
1) Infectivity
2) Virulensi
3) Pathogenecity
4) Immunogenecity
4. Proses terjadinya infeksi
Mikroba
patogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus bertemu dengan pejamu
yang rentan, melalui dan menyelesaikan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap I
Mikroba
patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita) melalui
mekanisme penyebaran (mode of transmission). Semua mekanisme penyebaran mikroba
patogen tersebut dapat terjadi di rumah sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut
:
1) Penularan langsung
Melalui
droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung, dan penderita
lainnya. Kemungkinan lain melalui darah saat transfusi darah.
2) Penularan tidak langsung
Seperti
yang telah diuraikan, penularan tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut :
(a) Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan
mikroba patogen melalui benda-benda mati (fotnite) seperti peralatan medis
(instrument), bahan-bahan/material medis, atau peralatan makan/minum untuk
penderita.
Perhatikan
pada berbagai tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena punctie,
tindakan pembedahan (bedah minor, pembedahan di kamar bedah), proses dan
tindakan medis obstetri/ginekologi, dan lain-lain.
(b) Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan
mikroba patogen dengan perantara vektor seperti lalat. Luka terbuka (open
wound), jaringan nekrotis, luka bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang
rentan dihinggapi lalat.
(c) Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba
patogen melalui makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba
patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan keluhan
gastrointestinal, baik ringan maupun berat.
(d) Water-borne, kemungkinan terjadinya
penularan/penyebaran penyakit infeksi melalui air kecil sekali, mengingat
tersedianya air bersih di rumah sakit sudah melalui uji baku mutu.
(e) Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang
melalui media perantara ini cukup tinggi karena ruangan/bangsal yang relatif
tertutup, secara teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini
dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita yang cukup banyak.
Dari
semua kemungkinan penyebaran/penularan penyakit infeksi yang telah diuraikan di
atas, maka penyebab kasus infeksi nosokomial yang sering dilaporkan adalah
tindakan invasif melalui penggunaan berbagai instrumen medis (vehicle-borne).
b. Tahap II
Upaya
berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ
pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk masing-masing penyakit
(port d’entree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau mukosa dari rongga
hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain.
1) Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui
lesi kulit. Hal ini dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum
suntik. Mikroba patogen yang dimaksud antara lain virus Hepatitis B (VHB).
2) Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi
mukosa saluran urogenital karena tindakan invasif, seperti:
(a) tindakan kateterisasi, sistoskopi;
(b) pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage)
(c) pertolongan persalinan per-vagina patologis, baik
dengan bantuan instrumen medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.
3) Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk
melalui rongga hidung menuju saluran napas. Partikel in feksiosa yang menular
berada di udara dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui
percikan ludah (droplet nuclei) apabila terdapat individu yang mengalami
infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti batuk atau bersin. Dari
penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila udara dalam ruangan
terkontaminasi. Lama kontak terpapar (time of exposure) antara sumber penularan
dan penderita akan meningkatkan risiko penularan. Contoh: virus Influenza dan
Al. tuberculosis.
4) Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk
ke dalam saluran cerna. Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Contoh: Salmonella, Shigella, Vibrio, dan
sebagainya.
c. Tahap III
Setelah
memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan mencari
jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan multiplikasi/berkembang
biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya
perlawanan dad pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan
perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/ fungsi jaringan.
Reaksi
infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat-sifat spesifik
mikroba patogen.
1) Infesivitas
Kemampuan
mikroba patogen untuk berinvasi yang merupakan langkah awal melakukan serangan
ke pejamu melalui akses masuk yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang
cocok untuk melakukan multiplikasi.
2) Virulensi
Langkah
mikroba patogen berikutnya adalah melakukan tindakan destruktif terhadap
jaringan dengan menggunakan enzim perusaknya. Besar-kecilnya kerusakan jaringan
atau cepat lambatnya kerusakan jaringan ditentukan oleh potensi virulensi
mikroba patogen.
3) Antigenitas
Selain
memiliki kemampuan destruktif, mikroba patogen juga memiliki kemampuan
merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu melalui terbentuknya
antibodi. Terbentuknya antibodi ini akan sangat berpengaruh terhadap reaksi
infeksi selanjutnya.
4) Toksigenitas
Selain
memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya, beberapa jenis mikroba
patogen dapat menghasilkan toksin yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan
penyakit.
5) Patogenitas
Sifat-sifat
infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba patogen pada satu sisi, dan
sifat antigenitas mikroba patogen pada sisi yang lain, menghasilkan gabungan
sifat yang disebut patogenitas. Jadi sifat patogenitas mikroba patogen dapat dinilai
sebagai “deralat keganasan” mikroba patogen atau respons pejamu terhadap
masuknya kuman ke tubuh pejamu.
Reaksi
infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat dari mikroba
patogen mengimplementasikan ciri-ciri kehidupannya terhadap pejamu. Kerusakan
jaringan maupun gangguan fungsi jaringan akan menimbulkan manifestasi klinis,
yaitu manifestasi klinis yang bersifat sistemik dan manifestasi klinis yang
bersifat khusus (organik).
Manifestasi
klinis sistemik berupa gejala (symptom) seperti domain, merasa lemah dan terasa
tidak enak (malaise), nafsu makan menurun, mual, pusing, dan sebagainya.
Sedangkan manifestasi klinis khusus akan memberikan gambaran klinik sesuai
dengan organ yang terserang. Contoh:
(a) Bila organ paru terserang, maka akan muncul
gambaran klinik seperti batuk,sesak napas,nyeri dada, gclisah, dan sebagainya.
(b) Bila organ alat pencernaan makanan terserang,
maka akan muncul gambaran klinik seperti mual, muntah, kembung, kejang perut,
dan sebagainya.
Mikroba
patogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit akan terus
berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ semakin meluas.
Demikian seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba patogen ketuar dari
tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu baru dengan cara menumpang produk
proses metabolisme tubuh atau produk proses penyakit dari pejamu yang sakit.
- PERBEDAAN PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN
INFEKSIUS
1. Proses Infeksi Virus
Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan
menempelnya virus infektif pada reseptor yang ada di permukaan sel. Ada
tidaknya reseptor tersebut pada sel tertentu ditentukan oleh faktor genetik,
tingkat diferensiasi sel dan lingkungan sel. Virus poliomielitis misalnya hanya
mampu menginfeksi sel hewan primata. Tidak semua sel primata dapat terinfeksi,
sel-sel ginjal dan sel-sel otak dapat terinfeksi sementara sel-sel epitel
tidak.
Selanjutnya virus atau genomnya msuk ke dalam
sel. Dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk
komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus.
Setelah komponen- komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.
Proses perkembangbiakan virus ini terjadi pada sitoplasma, inti sel, ataupun
membran sel, tergantung pada jenis virusya. Secara umum interaksi sel dan virus
dapat diringkas dan digolonkan sebagai berikut :
a. Virus yang akibat efek sitosidalnya atau efek
toksisnya menimbulkan banyak kematian sel
b. Virus yang proses berkembangbiaknya tidak
menimbulkan kematian sel langsung tetapi hanya menimbulkan kematian sel
langsung tetapi hanya menimbulkan kelainan kecil
c. Virus yang proses infeksinya mengubah tumbuh
kembang sel sehingga sel tumbuh kembang berlebihan, pada keadaan terkhir
seringkali proses infeksinya pada mas aawalnya tidak mengganggu fungsi-fungsi
sel.
Infeksi Oleh Virus :
1) Saluran Pernapasan
Banyak virus penyebab penyakit seperti, virus
influenza, parainfluenza, virus rubeola dan coronavirus (bersifat setempat).
Gejala ditempat lain seperti virus variola, virus varicella bahkan ada yang
bersifat tumorik seperti virus papilloma. Pada influenza, proses infeksinya
dimulai dari virus yang masuk harus berhadapan dengan Ig A yang mampu
menetralisir dan glikoprotein yang mampu menghambat perlekatan virus pada
reseptornya Virus-virus yang mampu melampauinya akan berkembangbika pada sel
dan merusaknya. Virus-virus yang baru dilepaskan selanjutnya menyerang sel
epitel lainnya. Penyebaran ini dibantu cairan transudat. Proses kematian sel
menyebabkan saluran napas menjadi lebih rentan terhadap infeksi bakterial.
2) Saluran Pencernaan
Hanya virus tak berselubung yang masih infektif
setelah lewat cairan empedu dan lambung. Virus tersebut hanya menyebabkan
penyakit setempat seperti; rotavirus, Norwalk agent, Hawaii agent,
pararotavirus. Adapula yang menyebar ketempat lain seperti virus hepatitis dan
virus imunodifisiensi manusia. Pada kasus infeksi rotavius, gejala timbul
akibat kerusakan sel-sel velii. Akibat kerusakan tersebut terjadi defisiensi
enzim-enzim penting seperti disakarida dan gangguan absorpsi garam-garam dan
air.
Perkembangbiakkan virus sering juga disebut
dengan istilah replikasi. Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel
yang hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, sel
tumbuhan dan sel manusia. Ada dua macam cara virus menginfeksi bakteri, yaitu
secara litik dan secara lisogenik. Pada infeksi secara lisogenik, virus tidak
menghancurkan sel, tetapi berintegrasi dengan DNA sel induk. Dengan demikian,
virus akan bertambah banyak pada saat sel inang membelah. Pada prinsipnya cara perkembangbiakan
virus pada hewan maupun tumbuhan mirip dengan yang berlansung pada bakteriofag
seperti yang diuraikan berikut ini.
a) Infeksi secara litik melalui fase-fase berikut
ini:
(1) Fase Absorpsi
Pada fase Absorpsi, fage melekat di bagian
tertentu dari dinding sel bakteri dengan serabut ekornya. Daerah perlekatan itu
disebut daerah reseptor, daerah ini khas bagi fage sehingga fage jenis lain
tidak dapat melekat di tempat tersebut.
(2) Fase Penetrasi
Meskipun tidak memilki enzim untuk metabolisme,
bakteriofage memiliki enzim lisosom yang berfungsi merusak dinding sel bakteri.
Setelah dinding sel bakteri terhidrolisi, maka DNA fage masuk ke dalam sel
bakteri
(3) Fase Replikasi dan Sintesis
Pada fase ini, fage merusak DNA bakteri dan
menggunakannya sebagai bahan untuk replikasi dan sintesis. Pada fase replikasi,
fage menyusun dan memperbanyak DNAnya. Pada fase sintesis, fage membentuk
selubung-selubung protein (kapsid) baru. Bagian-bagian fage yang terdiri dari
kepala, ekor dan serabut ekor telah terbentuk.
(4) Fase Perakitan
Komponen-komponen fage akan disusun membentuk
fage baru yang lengkap dengan molekul DNA dan kapsidnya.
(5) Fase Pembebasan atau lisis
Setelah fage dewasa, sel bakteri akan pecah
(lisis), sehingga fage yang baru akan keluar. Jumlah virus baru ini dapat
mencapai 200 buah. Pembentukkan partikel bakteriofage melalui siklus litik ini
memerlukan waktu 20 menit.
b) Infeksi secara lisogenik Infeksi secara
lisogenik melalui fase-fase berikut ini:
(1) Fase Absorpsi dan Infeksi
Pada fase absrpsi dan infeksi peristiwa yang
terjadi sama halnya dengan fase absropsi pada infeksi secara litik. Fage
menempel di tempat yang tepat yang spesifik pada sel bakteri.
(2) Fase Penetrasi
Pada fase ini, fage melepas enzim lisozim
sehingga dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya, DNA fage masuk ke dalam
sel bakteri.
(3) Fase Penggabungan
DNA virus bergabung dengan DNA bakteri
membentuk profage. Dalam bentuk profage, sebagian besar gen berada dalam fase
tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi
untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen
profage tidak aktif.
(4) Fase
Replikasi
Saat
profage akan bereplikasi, itu artinya DNA fage juga turut bereplikasi. Kemudian
ketika bakteri membelah diri, bakteri menghasilkan dua sel anakan yang
masing-masing mengandung profage. DNA fage (dalam profage) akan terus bertambah
banyak jika sel bakteri terus menerus membelah. Bakteri lisogenik dapat
diinduksi untuk mengaktifkan profagenya. Pengaktifan ini mengakibatkan terjadinya
siklus litik.
2. Proses Infeksi Bakteri
Proses infeksi bakteri dimulai dari, dimana
suatu bakteri harus menempel dan melekat pada sel inang biasanya pada sel
epitel. Setelah bakteri mempunyai kedudukan yang tetap untuk menginfeksi,
mereka mulai memperbanyak diri dan menyebar secara langsung melalui jaringan
atau melalui sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat
berlangsung sementara atupun menetap. Bakteremia mempunyai kesempatan untuk
menyebar ke dalam tubuh serta mencapai jaringan yang cocok untuk memperbanyak
diri.
Contoh Proses Infeksi Bakteri :
a. Peunemonia
Pneumococcal pneumonia adalah contoh infeksi S.
Pneumoniae dapat dibiakkan dari nasofaring 5-40 %orang sehat. Kadang
pneumococcus dari nasofaring diaspirasi ke dalam paru-paru : aspirasi yang
paling sering terjadi pada orang yang lemah seperti pada orang yang koma,
dimana refleks batuk yang normal hilang. Infeksi berkembang pada rongga
udara terminal paru-paru pada seseorang
yang tidak mempunyai antibodi pelindung melawan pneumococcus yang memiliki tipe
polisakarida kapsul. Multiplikasi pneumococci bersama dengan inflamasi
(keradangan) akan menimbulkan pneumonia. Pneumococci dapat menyebar sehingga
menyebabkan infeksi sekunder (misal cairan cerebrospinal, katup jantung, ruang
persendian). Komplikasi utama dari pneumococcal pneumonia adalah miningitis,
endocarditis dan septic arthritis.
b. Kolera
Proses infeksi pada kolera meliputi ingesti
vibrio cholerae, atraksi khemotaktik bakteri pada epitelium usus, motilitas bakteri
dengan flagellum polar tunggal, dan penetrasi lapisan mukus pada permukaan
intensial. V. Cholerae tetap tinggal pada permukaan sel epitel dengan
diperantai oleh pili dan kemungkinan oleh adhesi lain. Prosuksi toksin kolera
mengakibatkan terjadinya aliran kllorida dan air ke dalam lumen usus,
menyebabkan diare dan ketidakseimbangan elektrolit.
c. Yersenia pestis
Yersinia pestis
adalah bakteri intrasel Gram-negatif- kultatif yang ditularkan oleh
gigitan fleabites atau aerosol dan menyebabkan infeksi sistemik yang sangat
invasif dan sering mematikan, disebut pes. Pes menyebabkan Pes dapat ditemui di
seluruh dunia, terutama di benua Afrika. Sebagian besar penderita pes merupakan
penduduk desa, lebih banyak ditemui pada laki – laki, dan dapat terjadi pada semua
umur. Pes disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.
Bakteri ini pada awalnya menginfeksi kutu.
Ketika kutu menggigit tikus, maka tikus tersebut akan terinfeksi bakteri pes.
Dengan demikian, jika kutu lain
menggigit tikus sakit tersebut, maka kutu tersebut juga akan terinfeksi. Jika kutu – kutu ini menggigit manusia, maka
bakteri dalam tubuh kutu akan masuk ke dalam tubuh manusia, mengikuti aliran
getah bening dan menyebar melalui sirkulasi darah. Di kelenjar getah bening,
bakteri ini menimbulkan reaksi radang berupa bengkak, kemerahan dan nanah.
Bakteri ini kemudian menyebar melalaui aliran
darah ke organ-organ lain seperti limpa, paru-paru, hati, ginjal dan otak.
Ketika sampai paru-paru, bakteri ini dapat menyebabkan radang (pneumonia) dan
dapat menularkan penyakit kepada orang lain melalui batuk atau bersin. Bakteri
yang dibatukkan dapat bertahan di udara dan dapat terhirup oleh orang lain. Pes
tidak hanya dapat menginfeksi tikus, namun juga bisa menginfeksi kucing,
anjing, dan tupai.
d. Mikobakteri
Bakteri dalam genus Mycobacterium adalah
bakteri berbentuk batang langsing aerob yang tumbuh membentuk rantai lurus atau
bercabang. Mycobacterium memiliki
dinding sel berlemak yang terdiri atas asam mikolat yang
menyebabkan kuman ini tahan asam, yang membuat bakteri ini asam dan alkohol.
Mikobakteri memberi hasil positif lemah pada warna garam.
e. Kusta
Kusta, atau lepra atau penyakit Hensen, adalah
infeksi progresif lambat akibat Mycobacterium leprae, yang mengenai kulit dan saraf perifer serta menyebabkan
deformitas. M. leprae yang terhirup, seperti M. tuberculosis, diserap oleh
makrofag alveolus dan menyebar melalui darah, tetapi tumbuh di jaringan yang
relatif dingin di kulit dan ekstremitas. Meskipun tidak mudah menular, kusta
tetap menyebabkan endemi pada sekitar 10 sampai 15 juta orang yang tinggal di
negara miskin di daerah tropis.
Kusta memiliki dua pola penyakit yang mencolok.
Pasien dengan bentuk yang lebih ringan, kusta tuberkuloid,memperlihatkan lesi
kulit kering berskuama yang mengalami penurunan sensibilitas. Pasien ini sering memperlihatkan keterlibatan saraf
perifer besar yang asimetris. Bentuk kusta yang lebih berat, kusta lepromatosa,
menyebabkan pembentukkan nodul dan penebalan kulit yang simetris. Bentuk ini
juga disebut sebagai Ikusta lempromatosa, menyebabkan pembentukkan nodul dan
penebalan kulit yang simetris.
f. Sifilis
Sifilis, atau dikenal juga dengan raja singa,
adalah penyakit infeksi menular seksual yang bersifat kronis. Sifilis
disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis dapat menyerang organ-organ dalam
tubuh seperti jantung, otak dan susunan saraf. Penyakit sifilis dapat menyerang
laki-laki maupun wanita, dan segala usia.
Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Penyebaran penyakit terjadi melalui sentuhan langsung
dengan luka yang mengandung Treponema pallidum, seperti melalui hubungan
seksual yang tidak aman ataupun kontak fisik lainnya, seperti menyentuh luka
pada penderita sifilis atau menggunakan pakaian bergantian tanpa dicuci
terlebih dahulu.
Hubungan seksual tidak aman yang dimaksud
seperti berhubungan dengan PSK (Pekerja Seks Komersil) yang sudah terlebih
dahulu terinfeksi, atau berganti-ganti pasangan seksual. Hubungan seksual yang
dimaksud tidak hanya lewat vagina, namun juga bisa melalui mulut, anus, ataupun
jari. Berciuman juga dapat menularkan sifilis bila pada kedua pasangan terdapat
luka pada mulutnya dan salah satunya sudah terinfeksi sifilis. Tanpa hubungan
seksualpun, penyakit sifilis dapat menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi
dengan bakteri sifilis.
Sifilis dapat ditularkan langsung dari ibu yang
sedang hamil ke janin yang dikandungnya, namun sifilis bukanlah penyakit
keturunan. Sifilis dapat menular juga melalui transfusi darah yang tidak
steril.
Media Infeksi Bakteri
1) Melalui makanan atau minuman
infeksi
yang disebabkan oleh bakteri lebih sering ditularkan melalui makan atau minuman
yang dikonsumsi manusia. Akibatnya jika tertelan bakteri melalui makanan atau
air yang kotor tersebut manusia dapat menderita berbagai macam penyakit yang
menyerang pencernaan.
2) Melalui kontak langsung
Bersentuhan
secara langsung dapat menularkanbakteri antara orang yang satu dengan orang
yang lain. Berhubungan seksual dengan orang yang memiliki bakteri tersebut juga
dapat beresiko terkena bakteri.
3) Melalui luka
Luka
pada bagian tubuh tertentu dapat menjadi akses masuknya bakteri bakteri ke
dalam tubuh kita.
4) Melalui transfusi darah dan jarum suntik
Penggunaan
jarum suntik pada saat melakukan transfusi darah baiknya menjadi satu hal yang
yang penting untuk diperhatikan, karena apabila saat melakukan transfuse darah
jarum suntik tersebut tidak diganti maka resiko untuk tertular bakteri semakin
besar.
5) Melalui udara
Melalui
udara, pelepasan bakteri melalui bersin, nafas, dan ludah. jika udara yang
mengandung bakteri terhirup oleh orang yang sehat kemungkinan akan menjadi
penularan penyakit melalui pernafasan.
6) Melalui plasenta atau infeksi bawaan
Infeksi
terjadi akibat beberapa jenis potogen yang mampu melewati penghalang plasenta,
sehingga bisa menginfeksi janin yang ada didalam kandungan. infeksi tersebut
mempunyai resiko berbagai kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada
bayi/kelainan bawaaan.
3. Proses Infeksi Jamur
Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis
yang baik terhadap kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan
terdapatnya flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan
tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan infeksi.
Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan baik setelah
mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.Penularan terjadi oleh
spora-spora yang dilepaskan penderita mikosisbersamaan dengan serpihan kulit.
Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara,
di lingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang berjalan
tanpa alas kaki, infeksi dengan spora paling sering terjadi misalnya di kolam
renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.
Kulit manusia memiliki lapisan pelindung yang
terdapat flora bakteri, lapisan tersebut dalam keadaan normal dapat memelihara
dan menjaga keseimbangan biologis kulit yang menyebabkan kulit memiliki daya
tangkis terhadap jamur dan kuman. Mekanisme infeksi jamur sebagai berikut.
a. Tahap Inkubasi
Ketika lapisan pelindung tersebut rusak atau
keseimbangan mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan
mudah mengakibatkan infeksi pada kulit manusia terutama pada kulit yang lembab.
Beberapa aktivitas yang menyebabkan kulit
menjadi lembab adalah kulit tubuh yang tidak dikeringkan dengan baik setelah
mandi, berkeringat, dan menggunakan sepatu tertutup. Penularan jamur terjadi
oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis bersamaan dengan serpihan
kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di
udara, di lingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang
berjalan tanpa alas kaki. Infeksi dengan spora paling sering terjadi misalnya
di kolam renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.
b. Tahap Produmal
Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi
mycellium dengan menggunakan serpihan kulit sebagai makanan.
c. Tahap Sakit
Benang mycellium menyebar ke seluruh arah sehingga
lokasi infeksi meluas. Enzim yang dimiliki fungi menembus ke bagian dalam kulit
dan mengakibatkan suatu reaksi peradangan. Peradangan tersebut terlihat seperti
bercak-bercak merah bundar dengan batas-batas tajam yang melepaskan serpihan
kulit sehingga menimbulkan rasa gatal-gatal dikulit.
4. Proses Infeksi Parasit
Penularan penyakit parasitik terjadi karena
stadium infektif berpindah dari satu hospes ke hospes yg lain. Parasit
menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat
respon imun host:
a. Parasit mengubah permukaan antigen mereka
selama siklus hidup dalam host vertebrata
b. Menjadi resisten terhadap mekanisme efektor
imun selama berada dalam host
c. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem
imun dengan hidup di dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap
efektor imun. Dan kemudian parasit menyembunyikan mantel antigeniknya secara
spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.
d. Lalu parasit menghambat respon imun dengan
berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.
Parasit dapat berpindah ke hospes lain dengan
cara:
1) Hand to mouth
2) Dibawa oleh vektor (binatang penular): nyamuk
3) Dibawa oleh hospes perantara :
- Siput
- Ikan
- Sapi/babi
Stadium
infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara:
(a) Kontaminasi makanan dan minuman
(b) Kontaminasi kulit atau selaput lender
(c) Gigitan serangga
5. Proses Infeksi Riketsia
Rickettsiiosis ditularkan melalui gigitan
serangga pada kulit, hanya penyebab Q fever
yang ditularkan leawat udara (air borne),sehingga pada penyakit ini
tidak ditemukan kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan athropoda merupakan
hospes alam untuk rickettsia, bahkan yang terakhir dapat bertindak sebagai
vektor dan resevoir. Infeksi pada manusia hanya bersifat insidentil, kecuali
pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu manusia juga, yaitu Pediculus
vestimenti.
Riketsia mempunyai enzim yang penting untuk
metabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta
merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai
bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma
sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel.
Riketsia dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang
rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia
dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan atau oleh
bahan-bahan bakterisid. Riketsia memasuki sel inang dengan menginduksi
fagositosis, lalu segera lolos dari fagosom untuk tumbuh dan berkembang biak di
dalam sitoplasma (atau nukleus) sel inang. Sel inang biasanya akan lyse pada
akhirnya, menyebabkan pelepasan organisme baru. Sel inang juga dirugikan oleh
efek racun dari dinding sel. Tahap-tahap
infeksi:
a. Riketsia typhi memperoleh bahan makanan dari
darah yang diambil dari spesies inang lalu masuk dan tumbuh didalam sel epitel
usus dari kutu dan keluar bersama dengan tinja yang dikeluarkan kutu.
b. Riketsia typhi yang beradapada tinja dari kutu
tersebut menjangkiti tikus dan manusia melalui inokulasi intrakutan dengan
penggarukan kulit, atau perpindahan oleh jari kedalam membran lendir.
c. Riketsia typhi tidak menyebar secara efektif ke
sel-sel lainnya sampai pembelahan binernya telah selesai, yang pada akhirnya
membuat sel inang retak dan pecah serta membebaskan sejumlah besar riketsia
typhi.
d. Penggandaan diri inilah yang menyebabkan
kehancuran sel endothelial yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan organ, jaringan,
dan kehilangan darah.
1) Gambaran Patologi
Rickettsia
berkembangbiak di dalam sel endotel pembuluh darah kecil. Sel membengkak dan
nekrosis, terjadi trombosis pembuluh darah yang dapat mengakibatkan ruptur dan
nekrosis. Di kulit nampak nyata adanya lesi vaskuler. Vaskulitis yang terjadi
pada bebrapa organ merupakan dasar terjadinya gangguan hemostatik. Dalam
jaringan otak dapat ditemukan penumpukan limfosit, leukosit, polimorfonuklear
dan makrofag yang bertalian dengan kelainan pembuluh darah pada mas akelabu.
Kelainan ini disebut nodul tifus. Pada pembuluh darah kecil jantung dan organ-organ
lainnyapun dapat terkena kelainan yang serupa.
2) Imunitas
Infeksi
rickettsia pada manusia diikuti dengan timbulnya kekebalan yang tidak lengkap
(hanya sebagian) terhadap infeksi yang berasal ari suatu sumber luar. Selain
itu seringkali terjadi relaps. Dalam suatu
biakan sel makrofag, ricketttsia juga difagositosis dan selanjutnya
dapat berkembang baik intraseluler meskipun ada antibodi. Jika kedalamnya
dimasukkan limfosit yang berasal dari inatang yang telah kebal, maka pembiakan
tersebut akan terhenti.
3) Gambaran Klinik
Semua
infeksi rickettsia ditandai dengan adanya demam, sakit kepala, malaise, lesu,
kelainan dikulit (skin rash), pembesaran limpa dan hati, hanya pada Q fever tidak disertai adanya kelainan dikulit.
Kadang-kadang disertai dengan adanya pendarahan di baeah kulit. Pada
kasus-kasus yang berat dapat dijumpai gejala stupor, delirium dan bahkan shock
atau bercak-bercak gangren di kulit atau jaringan subkutan. Mortalitasnya
sangat variabel, mulai kurang 1 % sampai stinggi 90 %. Setelah sembuh pada
umumnya timbul kekebalan. Masa tunas antara 1 smpai 4 minggu.
4) Penyakit yang disebabkan infeksi Rickettsia
(a) Golongan Tifus
Rickettsia
penyebab tifus epidemik dan tifus endemik, yaitu Rickettsia prowazekii dan
Rickettsia typhi. Kuman ini berkembangbiak didalam sitoplasma sel hospes.
Penyakit yang ditimbulkan disebut demam tifus. Masa tunas antara 5-18 hari.
Pada dasarnya gambaran klinik demam tifus sama, hanya tifus endemik gejala
penyakitnya lebih ringan jika dibandingkan dengan tifus epidemik dan jarang
berakibat fatal.
(b) Golangan Spotted Fever
Golongan
ini termasuk penyakit demam oleh rickettsia yang sulit dibedakan dari penyebab
golongan tifus, tetapi dapat berkembang biak di dalam sitoplasma ataupun inti
sel hospes. Penyakitnya terutama ditularkan oleh sengkenit (tick) dan bukan
oleh kutu atau pinjal. Dalam tubuh sengkenit, kuman tersebar di seluruh organ,
termasuk ovarium dan kelenjar ludah, sehingga dapat terjadi transmisi secara
transovarium dan lewat air ludah. Jadi selain sebagi vektor, sengkenit juga
berfungsi sebagai reservoir primer.
(c) Golongan Demam Semak
Demam
semak atau scrub typus disebabkan oleh Rickettsia nipponica. Penyakit ini
ditularkan oleh tungau trombiculid dalam stadium larva (chigger). Tungau dapat
berfungsi sebagai vektor dan reservoir sekaligus. Gejala penyakit menyerupai
tyfus endemik. Sering ditemukan limfositosis dan limfadenopati, 1-2 minggu
setelah gigitan larva infeksius, timbul demam, menggigil, dan sakit kepala
hebat. Beberapa hari berikutnya timbul kelainan di kulit dan pneumonitis.
(d) Demam query (Q fever)
Demam
ini disebabkan oleh Coxiella burnetii
yang termasuk keluarga rickettsiaceae. Berbeda dengan rickketsia lainnya
karena dapat tahan hidup di luar sel hospes, penularan pada manusia lewat
gigitan serangga, gejala penyakit yangditimbulkan berupa pneumonitis tanpa
kelainan kulit, dan tidak menimbulkan antibodi terhadap Proteus strain OX.
Penyakit yang ditimbulkan berlangsung secara mendadak, demam dan menggigil
tanpa kelainan kulit.
(e) Demam Parit (trench fever)
Demam
ini disebut juga demam lima hari yang disebabkan oleh Rochalimaea quintana
berbeda dengan rickettsia lainnya karena tidak dapat dikembangbiakkan dalam
binatang percobaan biasa, biakan sel ataupun dalam telur bertunas, tetapi dapat
tumbuh dalam agar darah dengan suasana udara kadar CO2 10 %. Tidak dikenal
adanya binatang sebagi reservior. Ditularkan oleh kutu manusia lewat tinja yang
dikeluarkannya. Kuman berkembangbiak di dalam lumen usus buka di dalam sel
epitel usus. Siklus infeksi hanya terbatas pada kutu manusia. Demam ini
berlangsung secara mendadak dan hilang timbbul dengan siklus 3-5 hari. Gejala
lainnya berupa sakit kepala, malaise, nyeri otot dan nyeri tulang, terutama di
daerah tulang kering.
6. Proses Infeksi Klamida
Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan
tuba yang dari beberapa penelitian in vitro diperkirakan dapat diakibatkan
oleh:
a. Badan elementer Klamidia trakomatis yang
terdapat pada semen pria yang terinfeksi menularkan ke perempuan pasangan
seksualnya.
b. Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan
menginfeksi sel epitel padatuba falopii.
c. Didalam sel badan elementer berubah menjadi
badan retikulat dan mulai untuk bereplikasi.
d. Jalur apoptosis dihambat,yang menyebabkan sel
yang terinfeksi dapat bertahan.
e. Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat
densitas tertentu, maka badan elementer tersebut akan terlepas darisel epitel
dan menginfeksi sel disebelahnya.
f. Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi
sistem imun berupa diproduksinya dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.
g. Respon imun akan menurunkan jumlah badan
elementer dan menghambat replikasi intraseluler dari badan retikulat.
h. Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan
klamidia tetap ada dalam bentuk intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon
imun yang bersifat destrruksif. Pada bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60)
dilepaskan, yang dapat menyebabkan respon inflamasi.
i. Ketika jumlah badan elementer berada di bawah
kadar kritis tertentu maka
aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.
j. Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan
destruksi dari sel epitel baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan
CHSP60 menyebabkan pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba
falopii.
7. Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen
Infeksius
Tubuh memiliki benteng terhadap infeksi yang
tersebar di seluruh jaringan dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh. Benteng pertama diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa
permukaan dan sekret yang diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan
dinding bakteri.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus,
bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan
penyakit umumnya digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena, seperti
infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan seperti
virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi infeksi laten virus.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya
rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem
kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing
faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur menimbulkan infeksi
umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-daerah
yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha,
dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi
melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
BAB
III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Infeksi
adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau
hewan. Pada infeksi yang “manifes”, orang yang terinfeksi tampak sakit secara
lahiriah. Pada infeksi yang “non-manifes”, tidak ada gejala atau tanda
lahiriah. Jadi, infeksi jangan dirancukan dengan penyakit.
Istilah
“infeksi” juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak pada semua jenis
organisme. Sebagai contoh, pertumbuhan normal flora bakteri yang biasa hadir di
dalam saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi. Hal yang sama berlaku untuk
bakteri yang biasanya menghuni mulut. Agen infeksi yang kemungkinan terjadinya
infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap
zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon
dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh Umur, status imunitas penderita,
penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan
obat-obatan immunosupresan dan steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh
untuk melakukan diagnosa dan terapi.
B. Saran
Setelah
mempelajari tentang infeksi ini kiranya kita dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin meteri ini sehingga kita dapat mengerti dan memahami tentang infeksi
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus
ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran
dari para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang
kurang dalam makalah kami ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Schaffer, et al (2000) Pencegahan Infeksi &
Praktik yang Aman, Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat & De Jong (2004) Buku ajar
Ilmu Bedah, EGC: Jakarta.
Kirk, L. S. V., Hayes, S. F.,& Heinzen, R.
A. (2000). Ultrastructure of Rickettsia Rickettsii Actin Tails and Localization
of Cytoskeletal Proteins: Review literatur. Infection and Immunity Journal. Vol
68,No. 8 : 4706-4713
Maftukhah, M. (2011). Agen infeksius, faktor
yang mempengaruhi, dan perbedaan proses infeksi. Di akses pada 19 Februari
2018, dari
https://www.scribd.com/doc/55932944/Agen-Infeksius.
Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A.
(2012). Buku AjarPatologi I (Umum). Jakarta: Sagung Seto.
Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara Tamboyong J (2000) Patofisiologi. Jakarta:
Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar